BOGORCHANNEL.ID– Tradisi Rebo Wekasan memiliki akar sejarah yang kuat dalam budaya Jawa. Meskipun tidak terdapat dalam ajaran Islam yang pokok, kepercayaan ini berkembang di masyarakat sebagai bentuk sinergi antara agama dan adat lokal.
Rebo Wekasan dianggap sebagai hari di mana berbagai kesulitan dan musibah akan diturunkan oleh Allah SWT. Oleh karena itu, masyarakat melaksanakan berbagai amalan khusus sebagai upaya untuk mendapatkan perlindungan dan keselamatan.
Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa ritual utama yang dilakukan pada Rebo Wekasan. Salah satunya adalah sholat sunnah dua rakaat, yang niatnya adalah sholat sunnah mutlak. Bacaan yang digunakan meliputi Surat Al-Kautsar, Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas.
Setelah sholat, umat dianjurkan membaca doa khusus yang panjang untuk memohon perlindungan dari segala macam bala yang mungkin terjadi pada hari tersebut.
Selain sholat, ada juga kebiasaan bersedekah, yang dipercaya dapat menolak bala dan mendatangkan berkah. Tradisi ini menunjukkan bagaimana masyarakat memaknai pentingnya berbuat kebaikan sebagai upaya menjaga keselamatan.
Meski tradisi ini sangat populer di kalangan masyarakat Jawa, Rebo Wekasan juga menimbulkan perdebatan di kalangan ulama.
Sebagian menganggap bahwa tradisi ini tidak memiliki dasar yang kuat dalam Islam dan lebih merupakan warisan budaya daripada ajaran agama yang murni.
Namun, bagi sebagian masyarakat, Rebo Wekasan adalah bagian tak terpisahkan dari identitas mereka, yang mencerminkan harmoni antara budaya dan agama.
Rebo Wekasan merupakan tradisi yang kaya akan nilai kearifan lokal dan religiusitas. Meskipun terdapat perbedaan pandangan mengenai praktik ini, banyak masyarakat yang masih mempertahankannya sebagai cara untuk mencari keselamatan dan berkah dalam kehidupan sehari-hari.
Tradisi ini menjadi salah satu contoh bagaimana budaya dan agama dapat saling melengkapi dalam kehidupan masyarakat Jawa.
Pengasuh Pondok Pesantren Assa’adah Ciapus Sukamakmur Ustadz Yudin Taqyudin, M,Sos juga menjelaskan, Rebo Wekasan atau Rabu Pamungkas adalah hari Rabu terakhir di bulan Shafar.
Berdasarkan ilham dan pengetahuan kasyf yang diperoleh para wali menyebutkan bahwa pada setiap tahun, Allah SWT menurunkan sekian ratus ribu macam bala ke bumi dan semua itu pertama kali terjadi pada hari Rabu terakhir di bulan Safar.
“Beberapa ulama menganjurkan untuk menolak bala di antaranya dengan bersedekah, shalat hajat menolak bala, dan amal Shalih lainnya yang diniatkan karena Allah agar terhindar dari bala bencana. Dari pernyataan itulah kemudian di masyarakat tradisional muncul tradisi positif dengan nama Rebo Wekasan,”jelas Ustad yang biasa dipanggil Gus Taqi ini.
***