Empat Pilar Bangsa Indonesia, Diah Ingatkan Pentingnya Bhineka Tunggal Ika


Loading

B-CHANNEL, BOGOR– Anggota MPR RI, Diah Pitaloka terus menggencarkan pemaknaan dari empat pilar bangsa Indonesia. Hari ini, ratusan warga antusias mengikuti sosialisasi empat pilar yang diselenggarakan oleh anggota MPR 2019 2024 tersebut. Kegiatan dilakukan di Aula Kelurahan Situgede, Kota Bogor, Minggu (24/11/19).

Diah Pitaloka, dalam sosialisasi yang sebagian besar diikuti oleh kaum  perempuan, yang kali ini didampingi oleh Ketua Dewan Nasional Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA), Iwan Nurdin, memaparkan tentang Bhineka Tunggal Ika yang mana sebagai modal besar bagi kemajuan bangsa Indonesia.

Keberagaman agama, keberagaman etnik, sukubangsa dan ras, hingga keberagaman wilayah Indonesia sesungguhnya telah lama dimengerti sebagai kekayaan tak ternilai bangsa Indonesia. Kekayaan tersebut akan bernilai sangat besar jika bangsa Indonesia memiliki semangat persatuan, bukan penyeragaman.

Karena itu, penjajah asing dahulu memanfaatkan keberagaman tersebut dengan cara memecah belah bangsa Indonesia, membesar-besarkan perbedaan dan melupakan tujuan-tujuan bersama sebagai negara dalam kepulauan Nusantara.

“Jadilah bangsa kita terjajah,” papar Diah yang menjadi Anggota Komisi 8 DPR-RI.

Saat ini, suasana yang sama sedang dibangun, radikalisme beragama yang membuat agama sebagai alat memusuhi agama lainnya. Bahkan semakin cepat menyebar luas oleh media sosial. Karena itu, pemahaman tentang Bhineka Tunggal Ika sebagai payung kebangsaan harus dirawat dengan baik.

Sementara Iwan Nurdin menjelaskan tentang pentingnya gotong royong warga untuk menciptakan kesejahteraan sosial dan keadilan sosial warga secara mandiri. Menurutnya masyarakat tidak perlu menunggu uluran tangan pemerintah baik pusat hingga kota untuk mewujudkan kesejahteraan sosial.

Ia mengajak masyarakat berorganisasi sosial di kampung, yang bisa menjahit belajar menjahit bersama. Warga yang memiliki keahlian montir, tata boga, tata rias, pertanian, perikanan juga saling bersama-sama untuk membuat kampung sebagai alat produksi dengan cara gotong royong.

“Dengan organisasi sosial kita bisa menundukkan serangan radikalisme yang anti kepada kebhinekaan. Artinya anti kepada Pancasila,” tukasnya. (*/pem)

No comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *