Pembangunan PKBM Bakti Nusa Sejalan dengan Program Bogor Pintar, Dedie- Jenal Beri Apresiasi

Oplus_131072


BOGORCHANNEL.ID – Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Bakti Nusa Kota Bogor kini tidak hanya menjadi sarana bagi anak putus sekolah, melainkan juga dari penyandang disabilitas untuk mendapatkan legalitas pendidikan.

Pengembangan siswa di lembaga pendidikan nonformal ini ditandai dengan peresmian ruang belajar sekolah oleh pembina PKBM Bakti Nusa Kota Bogor Dedie A. Rachim.

“Insyaallah bangunan yang diresmikan ini ke depan ingin mengakomodir anak-anak putus sekolah terutama anak-anak disabilitas, terlebih lagi anak-anak korban bully,” kata Kepala PKBM Bakti Nusa Kota Bogor, Sumedi, Minggu (13/10/24).

Ruang belajar sekolah ini, diharapkan Sumedi, akan menjadi ruang aman bagi mereka karena dalam pembelajarannya melibatkan juga psikolog dan konselor.

Ia juga berharap hadirnya bangunan baru tersebut akan lebih memotivasi seluruh siswa dalam melaksanakan aktivitas belajar baik jenjang pendidikan setara SD, SMP, dan SMA.

“Karena kemarin itu keterbatasan dengan ruang belajar, jadi aktivitas terbatas. Ruang belajar baru ini kapasitasnya bisa untuk 50 sampai 60 orang, sebelumnya hanya punya untuk 20 sampai 30 orang. Itupun duduk dengan meja di bawah,” jelasnya.

Usai meresmikan, Dedie Rachim didampingi Jenal Mutaqin mengapresiasi dibangunnya ruang belajar baru PKBM Bakti Nusa dan mengucapkan terima kasih kepada donatur yang sudah membantu.

Pasangan Calon Walikota Kota nomor urut 3 itu mengatakan bahwa sejalan dengan program Bogor Pintar yang diusung Dedie-Jenal.

Ke depan, PKBM seperti Bakti Nusa ini harus terus mendapat dukungan dari semua pihak, sebab PKBM menjadi solusi alternatif bagi anak-anak putus sekolah.

“Jadi PKBM ini alternatif bagi anak putus sekolah yang tidak memiliki akses pendidikan bisa melalui PKBM dan itu gratis,” ucap Dedie.

PKBM Bhakti Nusa ini menjadi contoh, ke depan tinggal bangaimana kita melakukan sosialisasi dan penyebaran PKBM lainnya kepada masyarakat sehingga dapat menekan jumlah anak-anak putus sekolah, apalagi persoalan banyaknya anak putus sekolah dikarenakan kondisi keluarga yang prasejahtera lantaran keterbatasan biaya dan lainnya,” tambahnya.

Lebih lanjut, Dedie menyebut, bahwa pasangan Dedie-Jenal sudah mempunyai rencana ke depan untuk menambah sekolah negeri yang dirasa belum terjangkau di masyarakat.

“Jadi pembangunan unit sekolah-sekolah baru, termasuk melakukan sinergitas dan kolaborasi dengan sekolah swasta melalui pendekatan beasiswa atau bantuan terhadap siswa kurang mampu agar bisa bersekolah di sekolah swasta jika tidak masuk sekolah negeri,” jelasnya.

PKBM Bakti Nusa yang berdiri sejak dua tahun lalu kini memiliki 240 siswa yang mayoritas anak-anak putus sekolah. Adapun pembelajaran tatap muka dilakukan satu kali dalam seminggu setiap Sabtu dan sisanya secara daring.

Ia mengatakan, pihaknya tidak hanya fokus pada pendidikan akademik, khusus para siswa setara SMA lebih ditekankan kepada persiapan mereka memasuki dunia kerja atau wirausaha.

“Ini sesuai motto siap bekerja dan wirausaha,” papar Sumedi.

Salah satu keterampilan terbaru yang diajarkan ke para siswa, yakni barista. Pelatihan ini guna mempersiapkan mereka memenuhi kebutuhan tenaga kerja di sebuah perusahaan yang bekerjasama dengan PKBM Bakti Nusa.

Selain barista, Sumedi menjelaskan, para siswa ada yang diberikan pelatihan keterampilan pada bidang pertanian dan juga kerajinan tangan.

Pihaknya punya niatan akan melengkapi sarana prasarana di PKBM Bakti Nusa, seperti ruang taman baca masyarakat, mini lab multimedia serta cooking class.

“Jadi ke depan PKBM ini betul-betul menjadi sebuah etalase di mana anak-anak putus sekolah, disabilitas, ketika datang ke sini mereka bisa menyesuaikan dengan bakat minatnya,” tandasnya.

Sementara itu, Donatur ruang belajar sekolah gratis, Dinna Fajrina menyampaikan apa yang dilakukannya sebagai wujud nyata mewakili warga Kota Bogor untuk mendukung program Bogor Cerdas.

Ia mengaku tergugah untuk berbuat setelah mengunjungi PKBM ini melihat sarana prasarana untuk kegiatan belajar siswa kurang representatif.

“Pas saya kunjungan ke sini melihat anak-anak 250 orang harus bertumpuk di ruangan yang kecil sekali. Saya lalu ngobrol dengan pembina PKBM kebetulan Kang Dedie Rachim mengajak sama-sama wujudkan. Insyaallah saya akan bersinergis dan support terus,” katanya.

Dinna mengatakan, pengerjaan ruang belajar sekolah mengusung konsep bedah rumah ini memakan waktu selama delapan hari. Ia juga berharap jika diberi kesempatan ingin berbuat di tempat lainnya.

“Intinya apa yang bisa saya support, saya support, mudah-mudahan dari berbuat yang kecil dulu, nanti menjadi hal yang besar,” ucap Dinna. (*)

Comments are disabled.