B-CHANNEL, CIJERUK – Tristanto (44) warga RT 01, RW 01 Desa Cibalung Kecamatam Cijeruk, Kabupaten Bogor, merupakan seorang pengrajin miniatur kapal pinisi. Pekerjaan yang menjadi buah tangannya ini sudah digelutinya sejak dua puluh tahun lalu.
Namun, selama menjalani aktifitas yang menjadi ladang usahanya itu tidak selalu berjalan mulus, terkadang ada saja kesulitan dan kendala seperti yang dihadapinya sekarang. Dimana, segala peralatan yang dimiliki untuk pembuatan miniatur masih menggunakan alat seadanya.
“Ya, sementara ini saya masih menggunakan alat seadanya, itupun dari hasil memanfaatkan bahan bekas, seperti pahat yang dibuat dari paku dan besi behel untuk termasuk pisaunya juga alakadarnya. Sementara, kalau harus beli tidak ada modalnya, jadi terpaksa barang bekas yang ada saya manfaatkan, “ungkapnya.
Meski hanya memiliki peralatan seadanya, Tristanto mengaku tidak akan menghalangi niat dan semangatnya untuk menciptakan miniatur kapal, baik mulai dari tahapan merancang, membuat pola serta tahap produksi hingga menjadi karya seni bernilai tinggi hasil kreatifitas yang dikerjakannya secara manual.
“Untuk saat ini, saya jalani secara mandiri saja, sebab pada prinsifnya dengan atau tanpa bantuan dukungan dari pemangku kebijakan khususnya dinas terkait, tetap akan saya jalankan usaha ini. Tapi syukur-syukur ada yang ngasih perhatian dan bantuan berupa peralatan yang sangat dibutuhkan sekarang, “ujarnya.
Ia menjelaskan, pembuatan miniatur sudah dijalani pada tahun 1997 sejak masih tinggal di Tangerang, sedangkan dibogor sendiri dimulai tahun 2015. Adapun tujuannya menggeluti usaha kerajinan ini untuk memberdayakan ekonomi keluarga dan anak -anak yang ingin berkreatifitas melalui seni belajar cara pembuatan miniatur kapal.
“Intinya, hanya ingin menularkan bakat saya kepada mereka yang ingin belajar soal cara bagaimana membuat miniatur kapal ini, mulai dari bahan, proses sampai jadi, “ungkapnya.
Bahan-bahan yang digunakan dalam membuat miniatur kapal terbilang sederhana dan terjangkau, yakni bambu, hampelas, lem dan pipa bekas. Tapi, dalam hal pembuatannya dibutuhkan ketelitian. Soal lamanya proses pembuatan tergantung pada jenis dan ukuran kapal itu sendiri.
“Kalau ukurannya beragam, dari mulai berukuran 40 cm hingga maksimal 120 cm, yang pasti dari satu bambu dalam sepekan, saya bisa menghasilkan tiga buah miniatur. Soal harga, saya biasanya menjual mulai dari 100 sampai 300 ribu, tergantung ukurannya juga,”terang Tristanto.
Rhomi Matofani selaku Ketua RW setempat berharap, kehadiran Tristanto sebagai pencetus pembuat miniatur diwilayahnya, bisa mengangkat nama baik khususnya bagi lingkungannya, umumnya bagi masyarakat desa cibalung dalam hal bidang kerajinan.
“Termasuk dapat meningkatkan pendapatan ekonominya, baik untuk dia dan juga orang lain yang sedang belajar cara membuat miniatur kapal serta bagi yang belum memahami apa itu seni, dan saya berharap Pemerintah Daerah juga memperhatikan serta membantu akan kebutuhan fasilitasnya seperti peralatan, sekaligus mempromosinya pada event-event kegiatan pameran, “harap Rhomi.
Reporter : Agus Sudrajat
No comment