Kodjari Kecewa Dan Setuju Kadishub Kota Bogor Diganti


B-CHANNEL, KOTA BOGOR – Ketua Badan Pengawas Kodjari, Dewi Jani Tjandera menyikapi betul terkait kinerja  Dinas Perhubungan Kota Bogor dalam menjalankan program konversi angkutan kota (angkot) di Kota Bogor.

Selain itu, pihaknya juga menyoroti terkait penghentian operasional angkot modern di TPK 4 di Kota Bogor yang dinilainya tidak komitmen.

“Dishub tidak komitmen. Dishub tidak menjalankan SK Walikota 2018 tentang 30 trayek dan 7 TPK, karena kenyataannya SK Walikota 2012 tentang 23 trayek lintasan masih Dijalankan, Sehingga tidak jelas dan amburadul,”kata Dewi, kepada Wartawan, Kamis (15/11/18).

Sebagai perintis angkutan konversi, pihaknya mengaku kecewa, karena tidak ada kesiapan dari Dishub. Terbukti, dalam perjalannya bermasalah, sehingga angkot modern ini tidak bisa mengaspal.

Untuk itu, pihaknya setuju Kadishub Kota Bogor Rakhmawati diganti, san segera turun dari jabatannya sebagai Kadis. Karena Kadishub bukan orang yang tepat di bidangnya.

“Kerjanya selalu di belakang layar, tidak tampil langsung, jadi gak cocok jadi kadis. Malah selama program rerouting ini dijalankan tidak menghadapi sendiri, selalu diwakilan anak buahnya. Jadi belum pernah kadis hadir dalam rapat dengan kami. Saya minta lebih baik mundur saja,”ungkapnya tegas.

Dia menyatakan, Dishub tidak tegas terhadap perusahaan angkot yang sudah melaksanakan sesuai keinginan Dishub. Anehnya, ketika ada permasalahan, Dishub tidak bertanggung jawab dengan tidak memberikan jaminan terhadap angkot yang sudah menjalankan konversi.

Soal dihentikannya angkot modern, Dewi meminta surat tertulis dari Dishub dan harus menentukam secara tertulis hitam diatas putih, dan dalam perjanjian itu harus ada sanksinya.

Dengan adanya kejadian itu, Dewi mengaku sudah mengalami banyak kerugian, baik moril dan materil. Dampak daripada ini, para supir menjadinmenganggur akibat tidak beroperasinya angkot modern.

Bukan hanya itu, disisi lain perusahaan tetap membayar biaya credit bulanan dari angkot modern yang sudah jadi yaitu 11 unit angkot modern yang tidak bisa mengaspal.

“Masalah angkot sudah sangat kronis sehingga memang harus segera di merger dengan sistem konversi. Angkot di Kota Bogor ini kalau ibaratkan penyakit sudah mengalami kanker stadium 4.

“Saya setuju angkot ini menjadi angkutan masal yaitu bus, karena badan hukum saya belum mampu menyediakan bus, maka saya ambil konversi 3 banding 2. Tapi kalau sudah berjalan minimal 7 tahun, semua angkot angkot saya juga akan di konversi menjadi bus dengan skema 2 banding 1,”jelasnya.

Ketika ditanyakan soal merk kendaraan yang digunakan Kodjari, Dewi menjelaskan, pihaknya memiliki produk Suzuki karena perusahaan itu sudah teruji dan sudah lama.

Menurutnya, mobil tersebut sangat teruji dengan bahan bakar irit, sparepart mudah dicari dan gampang serta murah. Produk Suzuki juga sudah digunakan oleh angkot sejak puluhan tahun yaitu Suzuki Carry. Selain itu supir supir juga sudah nyaman dengan merk Suzuki.

“Saya tidak ada kepentingan dengan salah satu merk perusahaan kendaran. Saat ini memang kami mempercayai merk Suzuki, tetapi kalau memang ada merk lain juga ga apa apa.

“Kami nilai bahwa Suzuki yang paling enak dan nyaman bagi para supir angkot,”tandasnya. (dr/bc)

 

 

No comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *