Jangan Termakan ‘gimmick’, Iwan Prijatna : ‘Memilih Pemimpin Kota Bogor Dasarnya ‘Kriteria’ Bukan Pada Nama


BOGORCHANNEL.ID – Tanggal 20 April 2024 adalah hari terakhir Wali Kota Bima Arya dan Wakil Wali Kota Dedie Rachim bertugas di Kota Bogor, terima kasih dihaturkan atas kerjanya selama menjabat. Pemerintah menunjuk Hery Antasari sebagai PJ Walikota hingga walikota terpilih hasil Pilkada pada 27 November 2024, beliau adalah Kepala BPSDM (Badan Pengembangan SDM) Propinsi Jawa Barat.

Serah terimanya pun sudah dilakukan.
Warga Kota Bogor boleh juga sih menyampaikan pendapat dan pandangan terhadap kinerja Pemerintah Kota Bogor selama dipimpin pasangan Bima Arya dan Dedie Rachim.

Dalam pandangan pribadi, yang disebut pemerintah adalah kerja bareng Eksekutif (Wali Kota dan Wakil Wali Kota beserta jajaran birokrasi kota) dan Legislatif (DPRD) sebagai representasi aspirasi warga kota.

Kinerja pemerintah kota adalah cermin bersama Eksekutif dan Legislatif. Setiap tahun pihak Legislatif menerima LKPJ (Laporan Keterangan dan PertanggungJawaban) yang disampaikan oleh Eksekutif.

Biasanya warga sederhana saja dan jujur dalam berpendapat menilai kinerja pemerintah kota. Ukurannya pun sederhana saja bagaimana kondisi mereka dalam menjalani kehidupan sehari hari. Belanja pemenuhan kebutuhan harian, urusan pengeluaran untuk dana transportasi, biaya anak-anaknya bersekolah, pelayanan kesehatan dan yang berhubungan dengan administrasi urusan publik.

Karena itulah esensi hidup bagi kebanyakan warga memenuhi kebutuhan dasar. Mereka bandingkan dengan kondisi masa sebelumnya. Ukurannya uang pengeluaran dalam memenuhi kebutuhan dibandingkan pendapatan yang diterima. Kadang mereka tidak terlalu peduli dengan banyaknya pembangunan sarana dan infrastrukrur kota jika ternyata kehidupan ekonomi mereka pun dirasa makin berat.

Datang dan lihatlah ke Pasar Jambu Dua tempat transaksi jual beli sayur dan kebutuhan sembako, samperi Terminal Bis Baranang Siang dan Bubulak sebagai titik tolak warga bertransportasi, berpergianlah menggunakan si angkot hejo ataupun BisKita, sempatkan belanja
ataupun melihat di titik-titik pedagang kaki lima seputar Alun-alun, ajak bicara, ajak dialog. Disana kita akan mendengar kondisi riil Kota Bogor. Sebagian besar warga Kota Bogor berkegiatan (sosial dan ekonomi) di tempat-tempat tersebut.

Kalau mengingat kepada visi misi Kota Bogor dalam RPJPD 2005-2025 adalah “Kota Jasa yang Nyaman dengan Masyarakat Madani dan Pemerintahan Amanah” sejauh mana pencapaian visi misi itu? Bagaimana peran Kota Bogor sebagai Kota Jasa selama ini? Kenyamanan hidup di Kota Bogor? Quality of Life warga Kota Bogor sebagai perwujudan masyarakat madani? Service-Level Kantor Instansi Kota kepada keperluan warga sebagai ukuran pemerintah yang Amanah? dan warga kota bisa menilai dan merasakan masing-masing dengan perspektif yang berbeda-beda. Warga menilainya tidak mengacu kepada angka-angka laporan produksi Kantor Statistik Kota.

Apa yang dirasakan mereka itulah prestasi pemerintah kota. Itulah pencapaian hasil kerja Pemerintah Kota Bogor (Eksekutif dan Legislatif). Dalam hal apa saja yang dianggap berhasil dan memang dirasakan (sebagian besar) warga kota, ataupun hal-hal yang perlu diluruskan dan ditingkatkan agar warga kota bisa merasakan kebermanfaatannya. Dan ini merupakan PR (bersama) Eksekutif dan Legislatif untuk tetap melanjutkan dan mengakselerasi pencapaiannya.

Dalam membangun sebuah kota, sejatinya resident – warga kota adalah tuan rumah sekaligus pemilik pembangunan itu sendiri. Sejalan dengan prinsip Ownership dan Involvement, warga kota sebagai subjek pembangunan karena mereka yang juga akan menerima kemanfaatannya. Sebanyak mungkin terlibat dan dilibatkan agar sebanyak mungkin pula kemanfaatannya berpulang kepada warga kota itu sendiri.

Pejamkan mata sejenak, bayangkan dan memori apa yang yang terlintas tentang Kota Bogor? Penulis sih suka, dan suka dengan suasana Kota Bogor sebagai dengan streetscapenya, jalanan yang dipagari pohon-pohon besar rindang di kiri kanannya membuat teduh, adem melaluinya. Ini yang dikenal orang menjadi ciri identitas fisik kota.

Makanan khas kuliner Bogor Toge Asep, Soto Mie, Laksa Bogor, Talas Seupan, Street food Warung Dahar Sunda yang buka sepanjang malam sederhana, belum pakai modifikasi tapi pastinya raoseun.

Pada November 2024 akan diselenggarakan Pilkada untuk memilih Wali Kota dan Wakil Wali Kota periode 2024-2029. Nah…mau milih siapa nih yang bisa mengemban amanah, punya integritas tinggi sekaligus kompeten dalam mengeksekusi program-program pembangunan kota.

Peran Wali Kota dan Wakil Wali Kota sebagai pejabat politik hasil pilihan rakyat memanglah sebagai eksekutor. Yang berkemampuan menyelesaikan setiap masalah kota dengan melakukan koordinasi internal birokasi pada satuan pemimipin wilayah (Camat dan Lurah) dengan satuan perangkat teknis daerah (Instansi Teknis) dan kolaborasi dengan fungsi pemimpin daerah lainnya (Kepolisian, Militer, Kejaksaan, Pengadilan – ForKomPimDa).

Secara parallel terhadap pemerintah propinsi di atasnya Wali Kota dan Wakil Wali Kota adalah Person in Charge, Penanggung Jawab Kota Bogor.

“Memilih itu dasarnya kriteria, bukan pada nama. Tentukan dulu kriteria pasangan Wali Kota dan Wakil Wali Kota yang dibutuhkan Kota Bogor seperti apa? Beberapa nama bakal calon walikota beredar di media, ada petahana, background eksekutif ataupun legislatif, politisi, praktisi, profesional muda. Masing-masing mengusung dan mengenalkan taglinenya. Cermati mereka, telusuri bobot-bibit-bebetnya, rekam jejaknya, amati model pendukungnya. Lihat apa yang tidak mereka tampilkan, dengar ketika mereka bicara berkomunikasi dalam sebuah diskusi, uji integritasnya dalam rekam jejak sebagai cermin kompetensinya,”tegas Praktisi Kota Bogor ini.

Semesta Kota Bogor itu tidak luas, cuma bentang Simpang Pomad – Ciawi dan Bubulak – Parung banteng. Jangan dipersempit lagi hanya seputaran Istana Bogor dan Kebun Raya Bogor. Tapi kompleksitas masalahnya membutuhkan figur Walikota dan Wakil Wali Kota yang tangguh, membumi, action-oriented sekaligus visioner.

Percaya bahwa nama bakal calon yang beredar punya latar pendidikan dan pengalaman yang baik, namun ingat dalam kerangka management/PDCA – the beauty-nya ada pada “DO”, Eksekusi atas perencanaan yang matang. Kualitas pemimpin dilihat pada tahap ini.

Jangan salah memilih, jangan termakan hanya karena gimmick kalau kita ingin Kota Bogor maju dan warganya berdaya. Warga Kota punya kedaulatan penuh menentukan pilihan. Menengok kebelakang sewaktu Pileg dan PilPres Februari 2024 lalu, titip pesan kepada para bakal calon dan kita warga kota sebagai pemilih, kita laksanakan Pesta Demokrasi di Kota Bogor dengan bermartabat. Tujuan penerapan demokrasi itu adalah kekuasaan untuk kesejahteraan rakyat. It’s okay melakukan Kontrak Politik, namun dipahami bahwa, Kontrak Politik, Transaksional (money politics), K,ontrak Politik = Give Away, Kontrak Politik = Kesepakatan Kerja Politik untuk kesejahteraan rakyat. Hindari praktek suap atau sogok membeli suara.

“Tahun ini, Insya Allah, Kota Bogor berusia 542 Tahun. Jadi perenungan pencapaian perjalanan sebuah tatar sunda tumbuh menjadi kota. Berkembang di Tatar Sunda Budaya 3SA (Silih Asah Silih Asih-Silih Asuh) sebagai living culture. Sejatinya 3SA digunakan untuk meningkatkan kualitas SDM Urang Sunda dalam kehidupan sosial. Dan dapat digunakan sebagai metode pemberdayaan manusia dalam kehidupan masyarakat dan sebagai landasan pendidikan formal atau non-formal Masyarakat Sunda. Kita pun mengenal Adiluhung, filosofi Sunda tentang karya, budaya leluhur yang mulia dan utama,”terang Iwan Prijatna.

Diantaranya, sambung Iwan, gotong royong, budi pekerti, keindahan, pekerja keras, sabar, Murah senyum, Toleransi dan Religius. Tinggal bagaimana caranya budaya-budaya tadi (3SA dan Adiluhung) bisa tetap lestari meresap dalam sanubari, sebagai identitas khas urang Kota Bogor di kehidupan sosial bermasyarakat dalam membangun kota.

“Budaya leluhur akan tetap relevan dalam perjalanan transformasi kota kedepan. Se-Bogor apakah kita? kepada kota yang telah menjadi tempat bermukim selama ini, mengembangkan kehidupan berkeluarga, menjadi tempat menjalani hidup dalam mencari nafkah,”imbuhnya.

Kebanyakan warga punya alasan serupa mengapa memilih tinggal di Kota Bogor. Berpulang kepada warganya, kota ini mau dibuat seperti apa, mau diarahkan ke mana, kita mau hidup seperti apa?

Sepenuhnya menyadari bahwa warga kota sejatinya adalah subjek sekaligus objek pembangunan. Sebagai subjek diartikan pembangunan adalah milik warga sehingga kita diajak untuk banyak terlibat, dan sebagai objek bahwa pembangunan itu sendiri harus punya goals dan kemanfaatan maksimal yang berpulang kepada warga kota. Warga kota harus menjadi prioritas pertama dan utama.

Lebih dari separuh umur hidup penulis telah menjadi warga Kota Bogor, mengikuti bagaimana gerak kota ini selama satu generasi. Berharap kota ini membangun dengan dasar kearifan budaya lokal, mempertahankan ciri identitas kota dan terus mengembangkan identitas personal sebagai Urang Bogor. Yang bisa menjaga dan memperbaiki Kota Bogor adalah segenap warga Kota Bogor.

Pembangunan di Kota Bogor harus merata secara geografis dari Utara-Selatan dan Timur-Barat juga vertikal untuk semua lapisan masyarakat. Tidaklah mudah memimpin Kota Bogor, makanya perlu keterlibatan semua unsur kota.

Penulis berharap untuk bisa berdiskusi bersama-sama membicarakan kepemimpinan Kota Bogor untuk 2024-2029. Agar yang terpilih sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota nantinya
adalah benar-benar sosok figur terbaik yang dipilih oleh warga Masyarakat Kota Bogor. Berintegritas Tinggi, Amanah dan Kompeten.

Ditulis oleh:  Iwan Prijatna (Praktisi Kota Bogor

Comments are disabled.