Ini Faktor Penyebab Peternak Jangkrik dan Ulat Sulit Berkembang


B-CHANNEL, CARINGIN – Beternak jangkrik maupun ulat hongkong, saat ini marak dibudidayakan oleh sebagian masyarakat. Karena, selain mudah dalam perawatannya, juga bisa menjanjikan. Akan tetapi, meski demikian untuk mengembangkan usaha satu ini dibutuhkan modal cukup besar.

Heri Cahyono, salah seorang peternak jangkrik dan ulat hongkong warga Kampung Cimande Girang, Desa Lemah Duhur, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor mengaku usaha ternak dua binatang yang biasa untuk pakan burung dan hewan reftil itu sudah dirintis puluhan tahun, bahkan dari hasil usahanya boleh dibilang menguntungkan.

“Cukup lumayan kalau untuk menafkahi keluarga, tapi sejak lima tahun terakhir ini kami merasa kesulitan dalam memasarkan hasil produksinya karena kurangnya peralatan berupa gentong, akibat faktor modal dan akhirnya usaha saya sulit untuk maju berkembang pesat, “ungkap Heri, Kamis (13/09/18).

Ia mengaku, keterbatasan peralatan berupa gentong plastik berukuran cukup besar menjadi kendala dalam pengembangbiakan ternaknya. Pasalnya, saat ini barang yang biasa digunakan bagi penakaran bibit jangkrik dan ulat baru ada 10 gentong.

“Dari peralatan yang ada sekarang tidak bisa menghasilkan bibit jangkrik. Padahal, permintaan pasar khususnya pedagang burung di bogor sangat banyak, namun sayang kebutuhannya ini tidak bisa terlayani, “tuturnya.

Penakaran bibit binatang tersebut, kata Heri, setidaknya dibutuhkan 100 gentong untuk menyimpanan dan penyortiran, baik itu mulai dari telor jangkrik hingga menjadi jangkrik siap panen. Mengingat, dalam waktu satu minggu bisa membuahkan ribuan ekor jangkrik.

Karena itu, pengusaha kecil ini berharap mendapat perhatian dan bantuan dana dari Pemerintah Daerah untuk modal pembelian gentong maupun alat lainnya, agar usahanya kembali berjalan baik serta bisa dikembangkan ke masyarakat.

“Saya cuma menginginkan hasil ternak jenis jangkrik dan ulat bukan untuk kebutuhan keluarga kami saja, melainkan bisa dipasarkan ke pedagang atau pengecer khususnya di wilayah caringin dan umumnya dibogor, minimal semingu sekali atau sepuluh hari sekali, “jelasnya.

Beternak jangkrik sendiri tidak diperlukan perawatan istimewa, baik pada musim hujan ataupun panas. Dari awal hingga panen hanya butuh waktu sekitar 45 hari. Sementara untuk jenis ulat hanya dua bulan. Soal harga ulat hongkong ke pengecer biasanya dijual perkilo sebesar 55 ribu. Tapi, jika barangnya langka, maka harga bisa naik mencapai 100 ribu perkilonya.

Reporter: Agus Sudrajat

No comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *