B–CHANNEL, KOTA BOGOR– Pemerintah Kota Bogor segera merealisasikan solusi atas kemacetan yang kerap terjadi di Jalan RE Martadinata, Bogor Tengah, atau di perlintasan rel kereta api Pondok Rumput dengan membangun flyover.
Dalam proyek yang akan dilaksanakan PT Brantas Abipraya itu, dijadwalkan pengerjaan rampung pada Desember 2019.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Bogor, Chusnul Rozaqi di sela pertemuan dengan sejumlah media di Balaikota Bogor, Rabu (31/10/18), mengungkapkan pelaksana sudah mulai action sejak Jumat (26/10/18) dengan melakukan pelebaran pada ruas jalan kanan dan kiri.
“Setelah selesai, akan dilanjutkan dengan pengerjaan pada bagian tengah. Kita fokus pelebaran dulu karena untuk pengalihan arus lalu lintas kendaraan. Jadi selama proses pekerjaan tidak ada penutupan jalur di Jalan RE Martadinata,†terangnya.
Sementara itu, Walikota Bogor Bima Arya bercerita awal mula realisasi pembangunan  flyover. Ketika itu, sekitar tiga tahun yang lalu dirinya mengaku diundang Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Istana Kepresidenan Bogor.
Pada pertemuan tersebut, Presiden bertanya mengenai permasalahan yang sedang dihadapi. Bima menjawab, kemacetan di beberapa titik dan salah satunya jalan RE. Martadinata yang lokasinya tidak jauh dari Istana.
Kemacetan terjadi karena lintasan sebidang, lalu kereta api yang melintas setiap lima menit sekali semakin membuat volume kendaraan jadi tersendat.
Setelah pertemuan tersebut, kata Bima, dirinya langsung menginstruksikan Bappeda untuk menyiapkan usulan kegiatan pembangunan termasuk usulan pembangunan flyover Martadinata, MA. Salmun dan Kebon Pedes. Usulan tersebut selanjutnya disampaikan ke Kementerian PUPR.
“Setelah dikoordinasikan kembali akhirnya disepakati untuk dilaksanakan,†ungkap Bima.
Pembangunan flyover sepanjang 458 meter ini akan dikerjakan oleh PT Brantas Abipraya dengan lama waktu pengerjaan selama 420 hari kalender kerja. Sedangkan untuk dananya dari APBN tahun anggaran 2018 dan 2019 dengan nilai pembangunan sebesar Rp 97 miliar
Bima menjelaskan, proses pembangunan flyover ini menurut Bima tidak mudah dan selama pembangunan berlangsung tidak akan ada penutupan jalur. Yang ada adalah penyesuaian-penyesuaian pada waktu-waktu tertentu ketika mulai dibangun konstruksi jalan akan semakin menyempit. Mengatasi hal tersebut koordinasi akan dilakukan dengan kepolisian dan Dishub Kota Bogor.
“Dalam proses pembangunan menuju Martadinata yang bebas hambatan tentu akan mengalami fase yang tidak mudah sama seperti pembangunan jalan tol BORR. Semoga bisa dimaklumi warga yang biasa melintas jalur tersebut. Tapi mudah-mudahan warga bisa menyesuaikan selama masa pengerjaan,†jelasnya.
Selama masa pembangunan proyek tersebut, Dishub dibantu kepolisian akan menyiapkan 3 skema rekayasa lalu lintas, yaitu rekayasa lalin sampai Desember 2018 kendaraan masih bisa melalui Jalan RE Martadinata. Lalu di Januari 2019 sampai pertengahan Mei 2019 melalui jalur Frontage Road yaitu jalur yang dibangun oleh pengembang di samping pembangunan Flyover. Dan di pertengahan Mei sampai September 2019 akan diberlakukan sistem buka tutup jalur.
Rute alternatif yang disediakan oleh Pemkot salah satunya adalah melewati Dewi Sartika dan itu bersinggungan dengan adanya PKL. Pemkot akan segera merelokasi PKL di Dewi Sartika agar jalur alternatif dapat berfungsi dengan baik.
“Kita akselerasikan dengan relokasi PKL dan kita lanjutkan koordinasi dengan Muspida untuk segera merelokasi PKL tersebut,†tandasnya. (*)
No comment